Pages

Subscribe:

Blogger templates

Kamis, 17 November 2011

CARA MEMASTER BURUNG PAKAI KASET/CD YG EFEKTIF

Cara memaster burung yang paling efektif memang memakai suara isian asli entah itu burung jenis lain, belalang, jangkrik dll. Namun, memaster dengan kaset/cd akan memberikan hasil yang lebih bagus jika kita memasternya dengan benar. Memaster burung pakai suara kaset/cd jelas lebih murah dan praktis. Hanya saja, selama ini banyak di antara kita yang memasternya secara salah sehingga burung yang kita master malah drop (takut suara master); atau suara pelan nyaris kayak ngriwik; atau membuat stres orang yang mendengar suara masteran dari tape recorder secara terus-menerus dll.
Untuk itu perlu dilakukan cara-cara sbb:
Jika Anda punya kaset masteran, maka putarlah kaset masteran (suara burung/jangkrik/belalang atau apapun) itu sekitar 20 hitungan (l.k. 20 detik) setelah itu pencet panel rec./recording selama 15 menit (artinya, suara selama 15 menit berikutnya dihapus/dikosongkan), setelah itu lepas panel rec./recording, dan biarkan berbunyi lagi selama 20 hitungan, dan setelah itu pencet lagi panel rec./recording selama 15 menit, begitu seterusnya sampai 1 side kaset habis. Kaset dibalik, dan lakukan hal yang sama untuk side itu.
Dengan memiliki kaset masteran seperti itu, maka jika kita putar pakai tape recorder, suaranya tidak akan terdengar terus-menerus, tetapi hanya bunyi sekitar 20 detik dan setelah itu diam untuk waktu 15 menit, bunyi lagi 15 detik, diam 20 menit, begitu seterusnya. Kalau Anda memutarnya menggunakan tape recorder yang diset nonstop seharian, maka dengan memutar seharian pun burung tidak akan stres. Begitu pula orang yang berada di rumah tidak merasa terganggu. Dan menurut pengalaman, justru kaset masteran semacam itu lebih efektif.
Kalaupun diputar keras-keras (mutlak perlu agar burung yang diisi juga bisa "teriak" ketika mengeluarkan suara sang master dan tidak hanya ngriwik), maka tidak akan mengganggu orang sekeliling yang mana itulah kendala utama kita ketika harus memaster burung dengan kaset di rumah.
Untuk CD pun, pakailah suara CD yang sudah diformat demikian (15 detik bunyi, 15 menit diam).

Senin, 31 Oktober 2011

Pemasteran Burung Pleci


"PEMASTERAN" Apa arti Pemasteran?
Dan apa tujuan Pemasteran pada burung Pleci?
Pemasteran burung Pleci adalah proses melatih untuk menirukan atau mendoktrin burung Pleci dengan suara-suara lain, agar dapat merekam dan menirukan suara-suara lain yang kita perdengarkan. Suara-suara lain tersebut antara lain suara burung sejenis , suara burung lain dan suara-suara lain yang kita inginkan. Tujuan utama Pemasteran atau Memaster burung Pleci adalah supaya variasi lagu pada burung Pleci yang kita miliki dapat lebih banyak dan menjadi beragam.

TEKNIK DAN METODE MEMASTER (PEMASTERAN) BURUNG PLECI
Sangat banyak metode dan cara-cara yang dapat dilakukan di dalam proses pemasteran burung Pleci. Dan juga banyak sekali berkembang mitos- mitos yang keliru dalam prakteknya dilapangan. Salah satu mitos aneh yang berkembang, yaitu burung yang akan di master harus melihat burung masternya, agar burung yang dimaster dapat menirukan gaya bunyi dan cara membuka mulut burung master tersebut. Mitos lainnya yaitu proses pemasteran burung Pleci harus menunggu burung dalam keadaan ganti bulu atau mabung. Sebenarnya; Pemasteran dapat kita lakukan tidak harus menunggu burung Pleci dalam keadaan mabung atau berganti bulu. Burung Pleci dalam keadaan normal, bahkan dalam keadaan top form pun juga dapat dilakukan pemasteran. Ada Mitos yang mengatakan pemasteran burung harus menunggu masa burung mabung. Alasannya karena; Pada saat mabung, burung Pleci cenderung untuk banyak diam dan sangat jarang sekali berkicau. Burung yang banyak diam pada masa mabung tersebut, cenderung untuk lebih banyak menggunakan waktunya untuk menyimak dan mengolah suara-suara yang ada disekelilingnya . Apabila suara yang di dengarnya sesuai dengan tipikal karakter suaranya, maka akan direkam dan ditirukan. Untuk dapat melakukan proses pemasteran burung Pleci dengan optimal, kita harus memperhatikan beberapa hal penting, hal penting tersebut adalah:
1. Waktu Efektif Pemasteran
2. Mengkondisikan Burung yang akan di Master Waktu efektif dalam proses pemasteran adalah pada waktu burung istirahat, siang hari di dalam rumah (sehabis mandi dan jemur) dan malam hari menjelang pagi (jam 22.00 -06.00) .
Walaupun pemasteran sudah kita lakukan pada waktu-waktu efektif pemasteran, ada hal lain yang harus kita perhatikan. Yaitu mengkondisikan burung yang akan di master. Ini merupakan faktor penting keberhasilan di dalam proses pemasteran. Mengkondisikan disini memiliki arti membuat suasana dan kondisi burung tersebut beristirahat dan membuat suasana menjadi tenang. Yang harus dilakukan adalah: mengkrodong burung dan menjauhkan burung yang akan di master dengan burung sejenis atau burung lain. Fungsi mengkrodong burung disini, bertujuan menipu burung tersebut dengan membatasi pandangannya agar diam dan beristirahat dengan tenang sehingga waktunya akan digunakan untuk mendengar suara-suara yang ada di sekitarnya. Setelah kita menentukan waktu efektif dan mengkondisikan burung yang akan di master, suara-suara master hendaknya diperdengarkan dengan volume kecil saja tetapi sangat jelas terdengar. Jauhkan penempatan burung master dan sumber suara master dengan burung yang akan di master. Suara burung master yang terlalu besar dan jarak yang terlalu berdekatan dengan burung yang akan di master, berpotensi tidak akan direkam oleh burung yang akan di master. Banyak kasus juga, hal ini berpotensi dapat membuat burung yang akan di master menjadi jatuh mental dan stress.
Suara master yang kita rekomentasikan untuk burung Pleci adalah suara-suara master yang berkarakter roll tembak dengan variasi speed yang variatif dengan amplitudo intonasi panjang yang dinamis. Contoh suara master (burung master) yang direkomendasikan (sangat baik) untuk burung Pleci adalah:
Semua jenis burung Kolibri.
Burung Gelatik Wingko.
Trecetan burung Gereja.
Semua jenis burung Finch (Kenari , Goldfinch, Blackthroat, Herda Sanger, Mozambik, Siskin, dll)
Semua jenis burung Pelatuk.
Semua jenis burung Ciblek.
Semua jenis burung Perenjak.
Semua jenis burung Flycather.
Semua jenis Jay (Cililin , Blue Jay, Black Jay, dll)
Burung Cucak Jenggot / Kapas Tembak.
Dan lain-lain .
Dari semua jenis burung tsb yg paling mudah di tangkap burung pleci adalah suara burung kenari dan burung mozambik.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar pemasteran dapat berhasil dengan optimal:
1. USIA BURUNG. Sebaiknya burung Pleci mulai dimaster sejak usia dini, yaitu mulai usia 25 hari atau usia 1 bulan. Ini penting karena diyakini pada usia tersebut Auditory Memory burung Pleci tersebut masih kosong atau Auditory Memory belum banyak menyimpan suara-suara yang ada disekitarnya. Proses pemasteran terus berlangsung dengan terpola dan intensif sampai burung tersebut berusia 8-9 bulan.
2. LINGKUNGAN YANG KONDUSIF. Usahakan pada masa pemasteran berlangsung, tidak ada suara-suara yang TIDAK diinginkan disekitar burung Pleci yang sedang dimaster tersebut.
3. LAGU MASTER YANG TEPAT. Sebaiknya usahakan doktrin lagu (suara master/burung master) yang dijadikan master sebaiknya similiar (memiliki karakter sang sama) dengan karakter dasar suara burung Pleci.
4. TINGKATKAN KECERDASAN BURUNG. Untuk dapat menyerap suara master dengan baik, dibutuhkan kecerdasan burung yang optimal juga. Berikan nutrisi yang baik dan pola perawatan yang tepat. Semakin besar HVC di otak burung, maka burung akan semakin cerdas.
5. WAKTU PEMASTERAN TEPAT. Pemasteran burung Pleci sama halnya dengan proses doktrin. Artinya semakin sering didengar maka akan direkam dan ditirukan. Idealnya pemasteran dilakukan minimal 4 jam setiap hari. Waktu yang tepat dan waktu efektif untuk pemasteran burung Pleci adalah malam hari sampai pagi hari. Pagi sampai sore juga baik asal suasana sekitar burung mendukung.
6. LAKUKAN FEEDBACK. Perdengarkan kembali suara-suara master yang sudah pernah diperdengarkan kepada burung Pleci yang dimaster tersebut secara berkala. Tujuannya agar lagu burung Pleci tersebut tetap terjaga dan Auditory Memory burung semakin baik.
* THERAPY DENGAN AIR MENGALIR Seperti diketahui burung pleci hidup nya senang di dekat sungai atau air mengalir, untuk mandi maupun mencari makan. Untuk burung pleci yang kita pelihara dapat di therapy di dekat suara air mengalirsehingga dapat membuat rilex dan tidak mudah stress, bahkan bisa mempercepat untuk buka paruh, ngalas maupun ngeroll, misal nya bagi yg punya aquarium dpt di gantang dekat aquarium, atau di dekat kamar mandi dengan suara kran air yg mengalir.

Moga- moga bermanfaat untuk para pleciholic

Jumat, 28 Oktober 2011

Budidaya ternak kodok


Berikut ini adalah serba-serbi budidaya ternak kodok dimulai dengan sejarah singkat ternak kodok, sentra  budidaya ternak kodok, jenis-jenis ternak kodok, manfaat ternak kodok, persyaratan lokasi budidaya ternak kodok,  pedoman teknis budidaya ternak kodok, hama dan penyakit ternak kodok dan lain-lain.
1. SEJARAH SINGKAT
Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara, baik negara beriklim panas maupun beriklim 4 musim. Tercatat negara-negara Eropa yang telah membudidayakan kodok antara lain : Prancis, Belanda, Belgia, Albania, Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia, Cina, Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok.
Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, karena hampir ditemukan di mana-mana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan.
2. SENTRA PERIKANAN
Mulanya uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat pembudidayaan kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan kodok masyarakat pesisir Utara juga menangkap dari alam. Kemudian di Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok.
3. JENIS
1234
Kodok tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi tanpa ekor. Pada ordo Anura terdapat lebih dari 250 genus yang terdiri dari 2600 spesies. Terdapat 4 jenis kodok asli Indonesia yang di konsumsi oleh masyarakat kita yaitu:
  1. Rana Macrodon (kodok hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm.
  2. Rana Cancrivora (kodok sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannyadapat mencapai 10 cm, badan berbercak coklat dibadannya.
  3. Rana Limnocharis (kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling enak, ukurannya hanya 8 cm.
  4. Rana Musholini (kodok batu/raksasa). Hanya terdapat di Sumatera, terutama Sumatera Barat. mencapai berat 1.5 kg. Dan panjang mencapai 22 cm.
4. MANFAAT
Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodok dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Ketinggian lokasi yang ideal untuk budidaya kodok adalah 1600 dpl.
  2. Tanah tidak terlalu miring namun dan tidak terlalu datar, kemiringan ideal 1-5%, artinya dalam jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5
    m.
  3. Air yang jernih atau sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Air yang jernih akan memperlancar proses penetasan telur.
  4. Kodok bisa hidup di air yang bersuhu 2–35 drajat C. Suhu saat penetasan telur ialah anata 24–27 derajat C, dengan kelembaban 60–65%.
  5. Air mengandung oksigen sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. Karbondioksida terlarut tidak lebih dari 25 ppm.
  6. Dekat dengan sumber air dan diusahakan air bisa masuk dan keluar dengan lancar dan bebas dari kekeringan dan kebanjiran.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Persiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kolam
      Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh hanya menggali atau menimbun saja melainkan harus menggabungkan keduanya sehingga akan mendapatkan bentuk dan konstruksi kolam yang ideal. Untuk memasukkan air ke dalam kolam diperlukan saluran yang konstruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau batako yang diperkuat dengan semen dan pasir. Bentuk dari saluran ini biasanya trapesium terbalik dan pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat kobakan kecil untuk menjebak air agar mudah masuk kedalam kolam-kolam. Kolam yang diperlukan antara lain: kolam perawatan kodok, kolam penampungan induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam perawatan kecebong, kolam pembesaran percil dan kolam pembesaran kodok remaja. Kebutuhan kolam ini masih ditambah dengan kolam pemeliharaan calon induk.
      1. Kolam Perawatan Kodok
        Luasnya 15 meter persegi dengan ukuran 3 x 5 m, yang terdiri dari dinding tembok 0,40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1 m, lantainya terbuat dari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam terisi air setinggi 10-15 cm dan 1/3 bagian kering.
      2. Kolam Pemijahan.
        Kolam dibuat dari semen dan diatasnya dinding kawat plastik. Kedalaman air di kolam ini sekitar 0,30–0,40 m dan ditengahnya dibuatkan daratan. Padat pemeliharaan 15 ekor setiap meter perseginya, dengan perbandingan tiga betina dan satu jantan. Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai daratan tengah tidak berlumpur, dan kolam ditanami enceng gondok. sediakan makanan berupa ikan kecil, ketam dan bekicot Masa kawin ditandai dengan suara merdu. Tak lama kemudian, telur mereka mengambang di air kolam dan segera dipindahkan ke kolam penetasan.
      3. Kolam Penetasan
        Kolam penetasan dibuat beberapa buah, dari tembok dengan air sedalam 30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi yang luas. Luas kolam seluruhnya 10 m² .
      4. Kolam Kecebong
        Terdiri dari beberapa kolam yang masing-masing luasnya berkisar anta 5 m² – 6 m² , dengan dasar lantai terbuat dari semen.
      5. Kolam Kodok Muda
        Di kolam ini kodok yang dipelihara berumur kurang dari 2 bulan. Dibuat beberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m², dengan dinding tembok dan kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian dengan kedalaman 15–35 Cm.
      6. Kolam Kodok Dewasa.
        Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2–6 bulan. Kolam yang diperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira–kira 20 m² ,
        dengan konstruksi dasar dan dinidng tembok dan kawat. Kedalaman air yang diperlukan antara 30–40 Cm.
    2. Mempersiapkan Kolam Produksi
      Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah, dasar kolam diolah dan dicangkul-cangkul dan ditebari pupuk sampai dianggap siap huni. Kolam dibiarkan dulu tidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam dimasukkan air, didiamkan dan dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat untuk membuat hujan buatan, baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan springkel karena untuk proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masa
      penghujan. Sebaiknya kolam ditanami teratai, eceng gondok, genjer dan ganggang yang berfungsi untuk tempat biang kodok bercumbu rayu dan menempelkan telurnya serta meningkatkan kualitas air kolam dan mempertinggi kandungan oksigen.
  2. Pembibitan
    Untuk pembudidayaan kodok yang banyak dicari adalah dari jenis kodok banteng Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga beratnya bisa sampai 1,5 kg. Bisa juga jenis kodok batu dari Sumatera Barat yang sampai saat ini belum dibudidayakan secara optimal, karena masyarakat masih mengambilnya
    dari alam. Adapun syarat ternak yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang. Pastikan kaki kodok tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ).
    1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
      Pilihlah kodok yang sehat dan berukuran besar. Disamping itu perhatikan juga tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan induk berdasarkan jenis
      kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan untuk lebih merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan. Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya.
    2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
      Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.
    3. Sistem Pemijahan
      1. Secara Alami
        Induk jantan dan betina yang telah dipisah selama 1-2 hari disatukan di kolam pemijahan. Ikan liar dapat mengganggu hasil pemijahan. Perhatikan agar telur kodok tidak ikut terbuang air pembuangan. Di sore atau pagi hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita perlu membantu kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujan buatan.
      2. Sistem Hipofisasi
        Cara mutakhir untuk memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawin suntik menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. Dengan sistem ini kita bisa mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidak
        memerlukan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada punggung, rongga perut dan bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga perut banyak dipilih.
    4. Reproduksi dan Perkawinan
      Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. kodok-kodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.
      Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dan dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik dan menunjukkan akan bertelur, maka kita mempersiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisi dengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh dan testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat kita lihat dibawah mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar. Telur diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan dan biarkan selama beberapa menit. Telur yang mengalami pembuahan akan mengalami rotasi.
      Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti setiap hari dengan menjaga suhu pada kisaran 24-27 derajat C dan pH air juga diamati. Pada sistem secara alamiah, digunakan hujan buatan untuk merangsang proses perkawinan kodok, sebagaimana dijelaskan diatas.
  3. Pemeliharaan
    Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok, Pertumbuhan dan kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali.
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama selama 10 hari.
    2. Perawatan Ternak
      Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untuk menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke peraiaran umum. Padat penebaran 50-100 ekor/m² . Bila kita memelihara jenis kodok banteng yang tidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan. Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphopisa) dan padat tanam sebanyak 20-25 ekor/m² .
    3. Pemberian Pakan
      Terdapat berbagai macam makanan yang dapat diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan kita bisa menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang terkadang sulit dilakukan apabila kita memberinya makanan yang langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Penyakit, Hama dan Penyebabnya
    Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Paha kaki berwarna merah, luka dan kulit melepuh adalah penyakit yang menyerang kodok yang berumur 1-2 bulan, menular dan menyerang sistem saraf, sehingga akan mati dalam beberapa jam.
  2. Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama
    Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya ekor luka dan berwarna putih. Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yang terserang, kolam dibersihkan dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali, jangan memberikan makanan yang kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15% karena perut kodok akan menjadi kembung. Pengobatan dengan antibiotika streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan penggunaan betadine, atau direndam dalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit, diulang sampai 4 kali.
  3. Pemberian Vaksinasi dan Obat
    Pengobatan kaki merah dan bisul pada kodok, dengan memandikan kodok dalam larutan Nifurene 50–100 gram/m² air, atau dengan suntikan teramisin 25 mg/kg, atau streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobati dengan cara pisahkan dan istirahatkan 2–3 hari dan tidak diberi makan. Penyakit lainnya adalah dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda). Untuk mengatasinya, populasi tidak boleh terlalu padat dan kolam harus bersih dan pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh melebihi dosis 3400 cl/kg makanan.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Hasil utama yang dihasilkan adalah dagingnya
  2. Hasil Tambahan
    Sedangkan hasil tambahan yang dapat diperoleh adalah dengan mengolah limbah hasil pemotongan untuk dijadikan silase; dengan penambahan propionat dan asam formiat dengan jalan digiling bersama sama maka makanan untuk ternak ini tahan hingga 2 bulan pada suhu sedang. Hasil sampingan lainnya adalah dengan dijadikan tepung, dimana kandungan mineral dan proteinnya masih cukup tinggi untuk dijadikan bahan tambahan pakan ternak. Kodok yang tidak dijual/afkir dapat diambil hiphofisanya untuk proses pemijahan berikutnya.
  3. Penangkapan
    Sebelum disiangi, biasanya kodok-kodok tersebut ditempatkan pada penampungan. Tempat penampungan kodok bisa berupa kotak kayu atau bak semen yang drainasenya lancar.
9. PASCAPANEN
Proses penanganan pasca panen juga sangatlah mudah. Untuk menjaga agar kodok tetap hidup dan segar, maka kita bisa menggunakan karung goni atau tas kain yang dibasahi. Pengangkutan paling aman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila pengangkutan dilakukan untuk jarak jauh maka perlu dibuatkan kotak kayu yang didesain secara khusus, dan kapasitasnya disesuaikan dengan besarnya kotak kayu tersebut.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Gambaran analisis ekonomi usaha budidaya kodok lembu (rana catesbeiana), untuk memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh dan untuk menghindari pos-pos yang tidak penting. Adapun usaha pembenihan kodok skala kecil 200 m² dengan anggapan sebagai berikut:
  1. Luas Tanah : 200 m²
  2. Luas Kolam : 125 m²
    • kolam penyimpanan induk: 9 m²
    • kolam induk jantan: 3m²
    • kolam induk betina: 3 m²
    • kolam pemijahan/perkawinan: 9 m²
    • kolam penetasan: 8 m²
    • kolam kecebong: 21 m²
    • kolam percil: 20 m²
    • kolam kodok dewasa: 30 m²
    • saluran air dan lainnya: 22 m²
  3. Jumlah Induk.
    • induk betina: 6 ekor, jantan: 4 ekor
    • induk yang dikawinkan: 3 betina 2 jantanr
    • telur yang dihasilkan sebanyak + 30,000 butir/pemijahan.
  4. Lama pemeliharaan: 5 bulan
  5. Frekuensi pemijahan: 3 kali / setahun
  6. Jenis makanan yang diberikan : cacing, belatung, anak ikan, cincangan bekicot, tepung dengan kadar protein + 35 %.
Sedangkan perkiraan analisis usaha ekonomi budidaya kodok sebagai berikut:
  1. Modal investasi
    1. pembangunan kolam/kandang 125 m² Rp. 2.500.000,-
    2. alat-alat dan induk Rp. 500.000,-
  2. Modal kerja ( operasional )
    1. Biaya tetap
      • penyusutan bangunan ( 8 % ) Rp. 200.000,-
      • penyusutan peralatan ( 20 %) Rp. 100.000,-
      • bunga modal ( 18 %) Rp. 540.000,-
      • upah ( 1 orang setahun ) Rp. 360.000,-
    2. Biaya variabel
      • pakan kodok 4.500 kg @ Rp. 250,- Rp. 1.125.000,-
      • pakan kecebong 200 kg 2 Rp. 400,- Rp. 80.000,-
      • perbaikan kandang ( 5% ) Rp. 150.000,-
      • sewa tanah Rp. 35.000,-
      • administrasi dan pemasaran Rp. 200.000,-
      • lain-lain Rp. 292.500,-
        Jumlah modal yang dibutuhkan Rp. 6.082.500,-
  3. Penjualan
    1. Produksi percil 45.000 ekor * @ Rp. 100 Rp. 4.500.000,-
    2. Produksi kodok niaga** 2 x 1.500 @ Rp. 300 Rp. 900.000,-
      Jumlah pemasukan Rp. 5.400.000,-
  4. Biaya Operasional
    1. Biaya tetap Rp. 1.200.000,-
    2. Biaya variabel Rp. 1.882.500,-
      Jumlah biaya operasional Rp. 3.082.500,-
  5. Pendapatan bersih sebelum pajak Rp. 2.317.500,-
  6. Pajak 15 % Rp. 347.625,-
  7. Pendapatan bersih Rp. 1.969.875,-
  8. P V = 0,61
  9. Break event point ( B.E.P ) Rp. 1.843.317,90
  10. BC = 1,75
  11. Waktu pengembalian kredit ( PPC ) = 1.5 tahun
Sumber: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar ( Balitkanwar ) Bogor, ( Jl. Sempur No 1. Bogor )
Keterangan:
  • Produksi percil dihitung hanya yang hidup, sekitar 55% dari 3 kali pemijahan. Mortalitas sekitar 45%.
  • Diantara percil yang hidup, kurang lebih 1.500 ekor dibesarkan menjadi kodok niaga. Selama setahun produksi kodok niaga bisa dipanen 2 kali.
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejak tahun 1969 Indonesia telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negar. Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor paha kodok terbesar ketiga setelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam akibat pemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akan daging kodok. Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensif untuk menghasilkan daging kodok yang masih menjadi budidaya ekspor yang dapat memberikan keuntungan.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Susanto, Heru, Budidaya Kodok Unggul, Penebar Swadaya, jakarta 1998,126 hal
  2. Membudidayakan Katak Hijau di Pekarangan, Sinar Tani, 23 Juni 1993
  3. Budidaya Kodok Lembu, Dinas Perikanan Propinsi DT I Jawa Barat,1990
  4. Pengganggu Kodok Lembu, Tumbuh, Oktober 1992.
  5. Triwibowo,R,drh, Teknik Pemijahan Ternak Kodok, Trubus, 10 oktober 1993.
  6. Budidaya Kodok Unggul, Trubus, Oktober 1989.
  7. Limbah Kodok Alternatif Tepung Ikan, Surabaya Post, 6 Juli 1993.
  8. Tepung Kodok Pakan Ternak Berprotein Tinggi, Agrobis, 8 Nopember 1993
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas